EKS SEKJEN PBB DAG HAMMARSKJOLD DIDUGA KUAT SENGAJA DIBUNUH
Tabir menyelimuti insiden jatuhnya pesawat Douglas DC-6 pada 1961 menewaskan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dag Hammarskjold, perlahan mulai terungkap. Dalam laporan khusus ditujukan kepada Sekretarik Jenderal PBB, Antonio Guterres, disampaikan Agustus lalu, diduga kuat burung besi itu sengaja ditembak jatuh dan bukan karena kelalaian manusia.
Dilansir dari laman The Guardian, Selasa (26/9), laporan terbaru hasil penyelidikan tentang kecelakaan pesawat membawa Dag itu disusun oleh mantan hakim agung Tanzania, Muhamad Chande Othman. Dia mendasarkan hasil setelahnya soal insiden itu dari sejumlah dokumen didapat. Namun, dia sangat berharap pemerintah Amerika Serikat, Belgia, Inggris, Jerman, dan Kanada mau membuka catatan mereka, karena negara-negara itu diyakini tahu persis apa yang sebenarnya terjadi tetapi selama ini disembunyikan.
Dag adalah diplomat Swedia yang didapuk menjadi Sekjen PBB pada 1953. Pada September 1961, dia terbang Kongo buat menjadi penengah perundingan damai. Sebab, terjadi pemberontakan di wilayah Katanga karena perebutan daerah pertambangan. Perusahaan tambang asing menyewa tentara bayaran dari Eropa berusaha mempertahankan kekuasaannya. Mereka enggan tambang itu diambil alih pemerintah baru merdeka di Kinshasa.
Saat kejadian, Dag menumpang pesawat Douglas DC-6 dari Kinshasa menuju Kota Ndola di sebelah utara Rhodesia (kini Zambia). Di Ndola pemerintah Inggris menggelar perundingan damai dengan pemberontak Katanga. Pesawatnya jatuh saat hendak mendarat pada 17 September tengah malam, menewaskan Dag serta 15 orang dalam rombongannya.
Othman mengatakan, saat kejadian, AS dan Inggris mencegat komunikasi radio di sekitar lokasi jatuhnya pesawat. Namun, hal itu tetap dirahasiakan oleh kedua negara selama 56 tahun, sehingga musahab jatuhnya pesawat menyebabkan kematian Dag tetap menjadi misteri.
"Saya sangat berutang budi atas melimpahnya bantuan dan informasi sangat berharga. Saya sangat yakin telah mengusut secara mendalam dan menemukan informasi penting," tulis Othman dalam laporan itu.
Saat PBB memerintahkan kejadian itu diusut pada 1961, pemerintah Inggris dua kali penyelidikan. Mereka menyimpulkan kalau jatuhnya pesawat itu akibat kesalahan pilot. Beberapa tahun belakangan, peneliti dan relawan asal Swedia, Goran Bjorkdahl, dan peneliti senior dari Institut Studi Persemakmuran di London, Susan William, mendesak PBB membuka kembali kasus itu. Dua tahun lalu dalam sebuah rapat diputuskan PBB bakal kembali mengusut insiden kecelakaan pesawat itu, dan menunjuk Othman sebagai penyidik.
Dari hasil temuannya, Othman mendapatkan beberapa fakta. Yakni pemerintah Prancis diam-diam mengirim tiga pesawat tempur Fouga kepada pemberontak Katanga. Burung besi itu dipakai dalam pertempuran udara, dan terbang tengah malam hari dari landasan pacu Prancis.
Othman kemudian mengaku mendapatkan kesaksian dari mantan diplomat Prancis, Claude de Kemoularia, yang sangat penting. Claudie menyatakan dia pernah diberi tahu oleh seorang pilot yang juga tentara bayaran asal Belgia berjuluk Beukels, kalau sang pilot sempat melepaskan tembakan peringatan ke arah pesawat DC-6. Namun, dia mengaku tidak sengaja mengenai sayap pesawat. Sayangnya, Othman belum bisa mengungkap identitas Beukels sebenarnya.
Menurut Othman, saat itu pemerintah Inggris dan Rhodesia sempat mencegat pesan dari PBB sebelum pesawat itu jatuh. Mereka bersama AS juga menggelar operasi intelijen dan kemungkinan besar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ketika itu.
Dalam temuannya, Othman menyayangkan kesaksian warga setempat yang mengaku sempat melihat pesawat lain membuntuti pesawat ditumpangi Dag, dan melihat cahaya di udara sebelum pesawat itu jatuh. Pengakuan mendiang ajuda Dag, Harold Julien, yang sempat bertahan beberapa hari sebelum meninggal juga diabaikan. Harold sebelum tewas sempat mengatakan kepada perawat kalau dia sempat melihat kilatan cahaya sesaat sebelum pesawat dengan kode SE-BDY jatuh.
"Bukti-bukti yang saya dapatkan sangat penting karena beberapa saksi mengaku melihat ada dua pesawat di udara, dan pesawat lainnya kemungkinan adalah jet. Lantas pesawat DC-6 terbakar di udara sebelum jatuh, dan kemungkinan besar karena ditembak pesawat lain," ucap Othman.
Othman kini sangat berharap negara-negara yang dia sebut punya catatan saat kejadian mau membukanya, supaya penyebab insiden itu menjadi jelas.
0 komentar:
Posting Komentar