Kamis, 11 Januari 2018

14 TAHUN MENJADI BURONAN, PEMIMPIN YAKUZA DITANGKAP USAI FOTO TATONYA MENJADI VIRAL

14 TAHUN MENJADI BURONAN, PEMIMPIN YAKUZA DITANGKAP USAI FOTO TATONYA MENJADI VIRAL 




Pimpinan geng kejahatan di Jepang, Shigeharu Shirai, ditangkap di Thailand setelah 14 tahun lamanya menjadi buronan. Pria 72 tahun itu ditangkap saat sedang berbelanja di pasar sentral Lopburi, Thailand, kemarin.

Shirai ditangkap setelah foto tato yang menghiasi tubuhnya beredar viral di internet. Foto tersebut juga menampilkan jari kelingkingnya yang hilang, karena Yakuza diketahui sering memotong ujung jarinya untuk menebus sebuah kesalahan.

Foto itu diambil oleh penduduk setempat dan telah dibagikan lebih dari 10.000 kali. Hal itu menarik perhatian polisi Jepang yang langsung mengontak pihak berwenang Thailand untuk melakukan penangkapan terhadapnya.

Meski telah pensiun sebagai bos Yakuza sejak 2003 lalu, pindah ke Thailand dan menikahi perempuan lokal, Shirai tetap dituntut untuk bertanggung jawab perbuatannya.

Shirei dituduh telah menembak mati pimpinan yakuza saingannya. Tujuh anggota geng lainnya telah dijatuhi hukuman penjara selama 12 sampai 17 tahun, namun dia berkeras tidak mengakui perbuatannya.

"Tersangka mengaku bahwa dia adalah pemimpin yazuka sub-gang Kodokai," kata juru bicara polisi Thailand, Jenderal Wirachai Songmetta.

"Tetapi dia belum mengaku melakukan pembunuhan. Dia hanya mengaku bahwa kobrannya dulu sering menggertak dia," tambah polisi itu.

Polisi itu juga mengatakan bahwa Shirei telah hidup dengan tenang selama berada di Thailand. Dia menerima uang dua atau tiga kali setiap tahun dari seorang pria Jepang yang berkunjung. Shirei juga diketahui memasuki Thailand secara ilegal tanpa visa ataupun paspor.

Kini, dia akan diekstradisi untuk menghadapi tuntutan di Jepang.

Sebagaimana diketahui, yakuza merupakan geng kejahatan yang sering melakukan kekacauan di Jepang pascaperang. Kelompok tersebut kemudian berubah menjadi organisasi kriminal yang menghasilkan miliaran dolar dari hasil perjudian, penjualan narkoba, hingga pelacuran.

Kendati demikian, kelompok tersebut ditolerasi oleh pemerintah lantaran dianggap menjaga ketertiban di jalanan. Tidak seperti mafia Italia atau China, yakuza di Jepang tigak ilegal dan masing-masing kelompok memiliki kantor pusat sendiri yang terkadang berada di bawah pengawasan polisi.

1 komentar: