MENATAP PILPRES 2019, MELIRIK JENDERAL GATOT
Nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantya dalam beberapa bulan terakhir semakin santer digadang-gadang sebagai calon alternatif di gelaran Pemilihan Presiden 2019. Namanya juga masuk dalam survei yang dilakukan lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Namanya bersanding dengan nama beken seperti Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, mantan Gubernur DKIT Basuki Tjahaja Purnama, hingga Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
"Gatot muncul di situ," ujar Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di kantornya, Kamis (5/10).
Nama Gatot sesungguhnya sudah muncul sejak beberapa bulan lalu. Namun, kata Djayadi, suaranya masih rendah. Dari hasil survei SMRC terlihar peluang Gatot ketika berlaga di Pemilihan Presiden. Jika Pilpres dilakukan saat ini, maka Jenderal Gatot hanya mengantongi dukungan 0,3 persen.
"Masih di bawah 2 persen. Sejak Mei kita survei, September kita survei lagi, Gatot masuk terus tapi dukungannya masih di bawah 2 persen. Jauh di bawah Prabowo dan Jokowi," tegasnya.
Dengan elektabilitas yang belum terlalu tinggi, bagaimana peluang Gatot di 2019? Dalam politik, semua masih bisa terjadi. Setidaknya masih ada waktu dua tahun untuk menyiapkan berbagai stategi jika Gatot benar-benar ingin bertarung di Pilpres 2019. Baik sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden. Tentu saja perlu berangkat dengan kendaraan partai politik.
Sejauh ini, beberapa partai politik tidak menutup mata dan mulai melirik Jenderal bintang empat ini. Dimulai dari Partai Amanat Nasional (PAN). Jika tidak memberikan dukungan politik untuk Joko WIdodo dan membentuk poros baru, PAN cenderung melirik Jenderal Gatot sebagai calon alternatif.
"Tawaran alternatif misalkan diluar Pak Jokowi itu sudah kami gadang-gadang Panglima TNI, Pak Gatot. Tapi ini kan belum diputuskan di internal partai, kira-kira yang saya sampaikan seperti itu," ujar Ketua DPP PAN, Yandri Susanto di komplek parlemen, Senin (24/7).
Pertimbangan PAN mengusung Jenderal Gatot menjadi calon presiden adalah latar belakang militer. Apalagi beberapa presiden Indonesia terdahulu berangkat dari karir militer. Dari tingkat kedisiplinan dan cinta tanah air, militer sudah tidak diragukan.
"Apalagi seseorang untuk mencapai panglima itu kan sungguh luar biasa tahapannya, itu menurut saya ukuran yang sangat objektif dan layak sebagai pemimpin nasional," jelas Yandri.
Peluang mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini tidak hanya untuk kursi calon presiden. Kursi calon wakil presiden pun masih terbuka lebar. Setidaknya ada dua partai yang kepincut untuk menyandingkan Jenderal Gatot dengan jagoannya. Pertama, Partai Nasional Demokrat yang sejak awal sudah memberikan dukungan politik untuk Joko Widodo, Partai besutan Surya Paloh ini berencana menyodorkan nama Gatot Nurmantyo untuk diduetkan dengan Joko Widodo.
Anggota Dewan Pakar NasDem, Teuku Taufiqulhadi mengatakan, jika bicara percalonan presiden tentu mempertimbangkan faktor Jawa dan luar Jawa. Ditambah keberagaman dan banyaknya pulau-pulau dengan mayoritas 60 persen di Jawa, membuat sipil memerlukan pendamping dengan latar belakang militer.
"Dalam pemahaman saya maka Pak Nurmatyo akan mampu bekerja dengan baik dengan Pak Jokowi," katanya.
Selain kinerja, Taufiqulhadi juga menilai sosok jebolan Akademi Militer 1982 itu cukup dikenal masyarakat. Hal ini yang membuat Gatot memiliki plus dibanding jenderal TNI lainnya. "Sejauh ini kami lihat perhatian rakyat pada Pak Nurmantyo cukup besar. Kita belum bicara elektabilitas," tuturnya.
Bagaimana peluangnya bersanding dengan Joko Widodo? Itu tergantung dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, wacana duet Jokowi-Gatot di Pilpres 2019 harus mendapat restu dari Megawati. Namun, lanjut dia, saat ini rencana pengusungan capres-cawapres masih terlalu dini. "Itu wilayah kewenangan ketua umum. Kami tidak boleh berskpekulasi terlalu jauh. Saya kira selain tidak sesuai dengan fatsum politik, ini belum saatnya," kata Hendrawan.
Hendrawan melihat, sangat wajar jika nama Gatot mulai dipertimbangkan sejumlah partai lantaran jabatannya sebagai Panglima TNI. "Kalau Pak Gatot masuk radar semua partai menjadi pembicaraan publik wajar saja karena Pnaglima TNI. Tapikan bukan Pak Gatot saja, masih ada yang lain," katanya.
Di kubu lain, ada Partai Gerindra yang tak menutup wacana menduetkan dua orang dari latar belakang tentara. Gatot dimungkinkan bersanding dengan Ketua Umum Gerindra yang juga mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Gerindra Ahmad Rizal Patria mengatakan, nama Panglima pendamping Prabowo di Pemilu 2019. Meski melirik Gatot, namun Rizal buru-buru menegaskan bahwa belum ada pembicaraan lebih lanjut soal pendamping Prabowo di pertarungan Pilpres 2019.
"Ya kan ke depan bisa saja nanti pensiun. Kan bisa saja nanti dari polisi," ujarnya.
"Belum.. Belum," ungkapnya.
Meski dilirik beberapa partai politik, Gatot mengaku tak ingin bicara lebih jauh. "Saya ini sekarang Panglima TNI. Tidak ingin saya bicara untuk calon presiden maupun wapres," ujar Gatot di Rapimnas Partai Hanura di Kuta, Bali, Jumat (4/8).
Dia mengaku belum tergoda meski beberapa partai menyebut peluangnya cukup besar. Gatot hanya mau bicara posisinya saat ini. "walaupun apapun juga saya panglima TNI," tegasnya sambil berlalu.
Gatot juga pernah membantah isu yang beredar bahwa dia bermanuver dan bersiap-siap menjadi calon presiden. Menurutnya, isu itu tidak benar. "Masalah hoax kaya gitu ditanggapi capek setiap hari saya di tanya wartawan kan," kata Gatot.
Menurut dia, saat ini dirinya adalah seorang panglima TNI. Sehingga tidak etis jika mencalonkan diri menjadi presiden. "Saya sekarang panglima TNI, saya gitu terus saya menjadi calon Presiden tidak etis," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar